Kaidah Al-Qur’an tentang Berinteraksi dengan Manusia

Dakwah

Kaidah pertama yang disebutkan oleh Syaikh Dr. Umar Al-Muqbil hafizhahullah dalam Kitab Qawaid Qur’aniyah:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Al Baqarah:83)

Kaidah ini memerintahkan kita untuk berkata yang baik kepada manusia baik yang kafir apalagi yang beriman. Ini adalah kaidah penting dalam berinteraksi dengan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial harus bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain. Dan hendaklah dalam bersosialisasi memperhatikan kaidah ini.

Ada ayat yang semakna kandungannya, yaitu dalam surat Al-Isra ayat 53:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)”

Demikian pula Allah perintahkan agar berdebat dengan Ahlul Kitab dengan cara yang baik dalam surat Al Ankabut: 46
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ

“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka,”

Oleh karena itu kita sedang berhadapan dengan ayat-ayat yang muhkam (jelas) tentang perintah berkata yang baik kepada manusia secara umum, kecuali ketika berdebat dengan orang-orang zalim dari Ahlul Kitab sebagaimana dalam surat Al-Ankabut di atas.

Berkata baik kepada manusia itu ada dua makna:

  1. Isi perkataan. Isi perkataan atau pembicaraan harus baik maknanya dan juga baik lafadznya.
  2. Cara menyampaikan. Yaitu dengan santun, lembut, tidak keras.

Kita sangat membutuhkan kaidah ini. Khususnya karena kita dalam hidup ini sering berinteraksi dengan kelompok manusia yang berbeda. Di antara mereka ada yang Muslim dan ada juga yang kafir, ada yang shalih dan ada juga yang durjana, ada yang kecil dan ada yang dewasa. Bahkan kita membutuhkan untuk berinteraksi  dengan orang-orang yang paling dekat dengan kita, yakni kedua orangtua, suami, istri, dan anak. Kita juga membutuhkan kaidah ini ketika berinteraksi dengan orang-orang yang berada di bawah kekuasaan kita, seperti asisten rumah tangga, bawahan atau anak buah di tempat kerja, atau yang semakna dengannya.

Jika kita berpaling dari kaidah ini, ingatlah tentang tipu daya syaitan yang disebutkan dalam surat Al Isra: 53
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Perselisihan dan permusuhan diantara manusia sering terjadi karena tidak memperhatikan kaidah ini. Oleh karena itu kita perlu melatih lisan ini agar berkata baik, lembut dan santun, jauh dari keburukan, kekasaran, dan ketajaman lisan.

By Abu Fathimah Al-Banteni

Print Friendly, PDF & Email