AMIRUL MUKMININ MEMULIAKAN UMMUL MUKMININ

Sejarah

Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz hafizhahullah

🌱 🌱 🌱 🌱 🌱

Allah berfirman,

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
(Surat Al Hasyr 10)

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْـَٔلُونَ عَمَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagi kalian apa yang sudah kalian usahakan, dan kalian tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.”
(Surat Al Baqarah 134)

Dari Abi Rafi radhiallahu anhu, ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, “Sesungguhnya akan terjadi antaramu dan Aisyah satu perkara.” Ali bertanya, “Saya wahai Rasulallah?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “Iya.” Ali bertanya lagi, “Saya wahai Rasulallah?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab lagi, “Iya.” Ali berkata, “Kalau begitu saya adalah orang yang paling sengsara wahai Rasulallah?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “Tidak, tapi jika terjadi hal yang demikian, kembalikanlah ia ke tempat yang aman baginya.” (HR. Ahmad, Al Hafidz Ibnu Hajar menghasankannya dalam Fathul Bari 14/557, dinukil dari kitab “Siratu Abi Turab” halaman 639)

Musuh-musuh kaum muslimin selalu berusaha agar kita saling bermusuhan bahkan kalau bisa saling menumpahkan darah. Hal itu pernah terjadi di masa khalifah Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu di tahun 36 H.

Ummul Mukminin Aisyah, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu anhum dengan pasukan mereka berangkat dari Makkah menuju Bashrah untuk menuntut balas dan memerangi para pemberontak yang telah membunuh khalifah Utsman bin Affan radhiallahu anhu. Khalifah Ali tidak setuju dengan sikap saudara-saudaranya dan mengirim utusan untuk benegoisasi. Khalifah Ali dan pasukannya dari Madinah menyusul ke Bashrah.

Alhamdulillah terjadi kesepakatan antara dua pasukan. Pasukan Zubair, Thalhah dan Aisyah setuju untuk menunda proses pemeriksaan, penangkapan dan hukuman untuk para pembunuh khalifah Utsman untuk menghindarkan kerusakan yang lebih besar.

Kaum munafik dan para pemberontak yang terlibat dalam pembunuhan khalifah Utsman merasa posisi mereka dalam bahaya maka mereka menyusup ke tempat peristirahatan kedua pasukan, yaitu pasukan Ali dan pasukan Zubair, Thalhah dan Aisyah. Mereka membunuh tentara dari kedua pasukan untuk mengadu domba.

Masing-masing pasukan merasa bahwa telah terjadi pengkhianatan dari pasukan lain sampai akhirnya terjadi pertempuran di antara dua pasukan kaum muslimin. Alhamdulillah akhirnya peperangan bisa dihentikan walaupun setelah menelan korban jiwa dari masing-masing pasukan.

Ketika perang Jamal telah usai, Aisyah Ummul Mukmini radhiallahu anha tinggal di rumah Bani Khalaf di Bashrah sebelum beliau pulang Makkah kemudian ke Madinah.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menceritakan dalam kitab Al Bidayah Wan Nihayah 7/357,

“Amirul Mukminin (Ali radhiallahu anhu) mendatangi rumah yang didiami Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha. Ali meminta izin dan mengucapkan salam kepada Aisyah, dan Aisyah pun (menjawab salam) menyambutnya.

Para wanita yang berada di rumah Bani Khalaf sedang menangisi orang-orang yang terbunuh (dalam perang Jamal). Di antara mereka yang terbunuh adalah dua kakak beradik, Abdullah bin Khalaf dan Utsman bin Khalaf. Abdullah terbunuh bersama pasukan Aisyah dan Utsman terbunuh bersama pasukan Ali.

Ketika Ali masuk, maka istri Abdullah yang bernama Shafiyyah, kuniyahnya Ummu Thalhah berkata, “Semoga Allah menjadikan anak-anakmu sebagai anak yatim sebagaimana engkau telah menjadi penyebab anak-anakku menajadi anak yatim!

Ali tidak menjawab kepadanya sedikit pun.
Ketika Ali hendak keluar (setelah selesai bertemu dengan Aisyah), maka Shafiyyah berkata kepada Ali mengulangi perkataannya ketika Ali masuk. Ali pun tetap diam tidak menjawab.

Lalu seseorang berkata kepada Ali, “Wahai Amirul Mukminin! Mengapa engkau tidak menjawab kepada perempuan ini padahal engkau mendengar apa yang ia katakan?”

Ali menjawab, “Celaka engkau! Sesungguhnya kami diperintah untuk menahan diri dari perempuan musyrik, bukankah kita juga harus lebih menahan diri dari perempuan muslimah!”

(Dinukil dari buku “Sirah Amiril Mukmini Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu” halaman 432-433)

📚 📚 🖍

Abdus Sattar Asy Syaikh seorang peneliti sejarah Islam berkata,

“Setelah selesai perang Jamal, khalifah Ali memerintahkan untuk memuliakan Ummul Mukminin (Aisyah) dan menempatkannya tinggal di rumah Abdullah bin Khalaf rumah terbesar di kota Bashrah.

Suatu hari Ali datang untuk mengunjunginya dan menenangkannya serta untuk mengucapkan selamat tinggal karena Aisyah akan bersegera pulang ke Madinah. Datanglah seseorang melaporkan kepada Amirul Mukminin bahwa ada dua orang (dari pasukan sayyidina Ali) yang mengucapkan ucapan tidak pantas kepada sayyidah Aisyah, maka Amirul Mukminin memerintahkan kepada Qa’qa bin Amru untuk menghukum cambuk kepada dua orang tersebut masing-masing seratus kali cambuk dalam keadaan telanjang dada. Maka hukuman tersebut pun dilaksanakan. (Lihat Tarikh Thabari 4/540 dan Al Bidayah Wan Nihayah 7/246)

Dalam Tarikh Thabari 4/ 534,540, “Amirul Mukminin (Ali) masuk untuk menemui sayyidah Aisyah di rumah Abdullah bin Khalaf. Aisyah ditemani adiknya yaitu Muhammad bin Abu Bakar (anak tiri Ali). Ali mengucapkan salam kepada Aisyah dan duduk berbicara kepadanya. Ali bertanya kepadanya, “Bagaimana kabarmu wahai Ummah (Ibu)?” Aisyah menjawab, “Baik.” Ali mendoakannya, “Semoga Allah mengampunimu.” Aisyah juga membalasnya dengan doa yang sama. “dan (semoga Allah) mengampunimu pula.” (Dinukil dari buku “Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu” oleh: Abdus Sattar Asy Syaikh, halaman 537)

Amirul Mukminim Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu menyiapkan segala perbekalan untuk kepulangan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha. Khalifah Ali berdiri menyaksikan Aisyah keluar rumah untuk naik kendaraan. Ali memerintahkan anak tiri beliau sekaligus adik Aisyah yaitu Muhammad bin Abu Bakar untuk menemani Aisyah sebagai mahramnya.

Aisyah berpesan kepada kaum muslimin yang meyaksikan saat-saat kepulangannya dari Bashrah, “Wahai anak-anakku, janganlah kalian saling mencela. Demi Allah sesungguhnya apa yang telah terjadi antara aku dan Ali di masa yang lalu hanyalah masalah yang biasa terjadi antara seorang wanita dengan keluarga suaminya. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat baik.”

Menganggapi hal itu, Ali pun berujar, “Ia benar, demi Allah tidak ada masalah yang terjadi antara kami berdua kecuali seperti yang telah disebutkan. Sesungguhnya ia adalah istri Nabi kalian di dunia dan di akhirat.” Kemudian Ali berjalan mengiringinya sampai beberapa mil sambil mengucapkan selamat jalan kepadanya. Peristiwa itu terjadi pada awal Rajab tahun 36 H. Aisyah dan rombongan berangkat menuju Makkah. Ia menetap di sana hingga musim haji. Pada tahun itu juga kemudian ia kembali ke Madinah.

Referensi:

Siratu Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu
Oleh: Prof. Dr. Ali Shallabi

Siratu Abi Turab Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu
Oleh: Musa Al Azimi

Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu
Oleh: Abdus Sattar Asy Syaikh

Artikel “Perang Jamal, Bagaimana Kronologisnya”
aslibumiayu.net

Perang Jamal
almanhaj.or.id

Perang Jamal
kisahmuslim.com

Sabtu,
14 Rabiul Awal 1422 H /
31 Oktober 2020 M

Print Friendly, PDF & Email