ASH SHAAHIBU SAAHIBUN

Sejarah

Kisah Keislaman Rafi’ bin Umair Ath Thaa’iyy

Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz hafizhahullah

🦯🦯🦯🦯🦯

Rafi’ bin Umair seorang Arab Badui dari suku Ath Thaa’iyy tinggal di dekat bukit Thayyi. Bukit Thayyi berada di daerah Hail sebelah Timur Laut dari kota Madinah. Jarak dari Madinah ke Hail sekitar 424 km. Ia seorang pencuri unta, bukan unta biasa tapi unta spesial yang harganya sangat mahal. Harga unta biasa sekarang ini antara lima sampai sepuluh ribu real Saudi, sedangkan unta yang spesial harganya mencapai jutaan real Saudi bahkan ada yang mencapai enam puluh lima juta real Saudi.

Dalam beroperasi, Rafi’ bekerja sendiri tanpa kawan yang membantunya. Sebelum mencuri, Rafi’ mempersiapkan bekal air minum yang banyak, ia masukkan air tersebut ke telur burung unta yang sudah kosong. Ia sembunyikan telur burung unta yang berisi air di beberapa tempat yang akan dilaluinya terutama di tempat persembunyiannya yang terakhir di pedalaman padang pasir. Rafi’ terkenal orang yang menguasai medan padang pasir.

Ketika Rafi’ mencuri unta di malam hari, ia akan melarikan untanya ke tempat yang sangat jauh di pedalaman padang pasir. Pemilik unta yang dicuri keesokan harinya akan mengejar pencuri dari jejak kaki unta yang membekas di pasir. Tapi ia sudah ketinggalan cukup jauh, dan tidak sanggup untuk mengejar berhari-hari karena tipisnya persediaan makanan dan air minum. Pemilik unta yang dicuri juga umumnya tidak hafal daerah padang pasir yang jauh dari rumahnya. Ia akan memilih pulang ke rumah dengan tangan kosong daripada tersesat atau kehausan di padang pasir yang dapat mengakibatkan kematian.

Di tahun kedelapan Hijriyah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengutus Amru bin Ash radhiallahu anhu memimpin ekspedisi militer Dzatus Salasil. Ketika pasukan sampai di bukit Thayyi, Umar bin Khathab radhiallahu anhu mengusulkan kepada Amru bin Ash untuk mencari penunjuk jalan yang handal dari penduduk setempat. Mereka mendapatkan Rafi’ bin Umair orang yang tepat untuk menunaikan tugas tersebut. Rafi’ saat itu belum masuk Islam tapi ia tidak memusuhi kaum muslimin. Ia mau membantu kaum muslimin semata untuk mendapatkan harta.

Selama dalam perjalanan bersama kaum muslimin, Rafi’ memperhatikan kemuliaan akhlak para sahabat radhiallahu anhum. Mereka adalah orang-orang yang ahli ibadah di malam hari dan para ksatria di siang hari. Rafi’ sangat terkesan dengan akhlak para sahabat, terutama Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhu. Abu Bakar radhiallahu anhu memberikan perhatian khusus kepada Rafi’. Beliau memberinya tikar untuk tempat tidur Rafi’, memberinya makanan, minuman dan perhatian lainnya yang membuat Rafi’ semakin cinta kepada Dinul Islam.

Selama dalam perjalanan, Rafi’ sangat dekat dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. Setelah misi mereka selesai dan tiba saat mereka berpisah dengan Rafi’. Hati Rafi’ sudah terpaut dengan mereka, dia mendatangi Abu Bakar Ash Shiddiq dan bertanya, “Tolong sebutkan apa yang harus aku lakukan jika aku menjaganya maka aku termasuk bagian dari kalian?” Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhu mengajarkan rukun Islam yang lima. Alhamdulillah, Rafi’ pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan siap menunaikan empat dari rukun Islam lainnya.
Allah berfirman,

Allah berfirman,

أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang-orang yang membatu hatinya?) Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”
(Surat Az Zumar 22)

Sejak hari itu Rafi’ telah menghapus lembaran hidupnya yang kelam di masa lalu sebagai pencuri dan akan membuka lembaran hidup yang baru sebagai pejuang muslim.

Di antara pelajaran yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang bertakwa. Ada pepatah dalam bahasa Arab yang berbunyi, Ash Shaahibu Saahibun (Teman itu akan menarik / menyeret) Jika berteman dengan orang yang shalih in sya Allah akan menarik kepada keshalihan dan apabila bersahabat dengan teman yang buruk akan menyeret kepada keburukan. Seseorang akan menyesal di hari kiamat akibat salah memilih sahabat. (Lihat Surat Al Furqan 27 – 29)

Bagaimana peranan Rafi’ dalam perjuangan Islam? Semoga Allah memudahkan penyusun untuk menuliskannya dalam artikel yang lain.

Bersambung ….

Referensi :
Kitab Shuwar min Hayatish Shahabah
Oleh : Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya rahimahuLLAH.

🌹 🌹🌹

Ahad,
15 Rabiul Awal 1422 H /
1 November 2020 M

Print Friendly, PDF & Email